"Kupersembahkan jiwa ini ke hadrat Allah dan Dia pula yang akan menyelamatkannya. Inilah perjanjian antara Allah dan seorang hamba-Nya, yang kucatat di sini, dengan guruku sebagai saksi. Apa pun tak bisa mempengaruhinya, kecuali nurani. Siapa pun tak bisa menebusnya, kecuali Tuhan. Hanya mereka yang memenuhi janjinya kepada Allah, berhak menerima imbalannya."
-As-Syahid Hassan Al-Banna-
Saya berhenti sekejap daripada berkongsi dengan sahabat-sahabat artikel "Power Steps to Your Success" yang telah 2 siri saya postkan. Mohon maaf juga sebab kali ini saya kembali dengan bahasa ibunda. Sekadar perkongsian mengenai rasa hati saya pada ketika ini dan pengajaran yang saya dapat dari rasa hati ini. Semoga ia sentiasa menjadi muhasabah buat diri saya yang memiliki iman yang rapuh dan sentiasa di uji oleh Allah s.w.t.
Secara jujurnya, saya sangat rindukan saat tersebut. Saat di mana saya mengenal erti ukhuwwah dan kasih sayang..saat saya dibentuk menjadi lebih baik dari sebelumnya..saat saya bersama-sama sahabat seperjuangan di medan tarbiyah..semuanya adalah kenangan yang tidak mampu dilupakan dan tidak dapat di ulang semula. Beberapa hari dalam fatrah peperiksaan akhir ini hatta sehingga ke hari ini pun, saya rasa gelisah dan gundah untuk menghadapi saat itu kembali..Ya Allah..aku benar-benar teruji tika ini. Lantas ayat 1-3 surah al-Ankabut menjadi rujukanku. Semoga Allah s.w.t mengampunkan dosa hambaNYA ini.
Setelah saya ”di basuh” dengan bahan cucian yang secukupnya oleh sahabat-sahabat dapat saya konklusikan tentang satu perkara yang senang untuk diperkatakan oleh semua orang tapi susah untuk dipraktikkan termasuklah diri saya yang menulis. Tentang BERLAPANG DADA. Mari kita sama-sama selami makna di sebalik sifat ini.
Sifat berlapang dada merupakan salah satu nikmat dari Allah s.w.t kepada hamba-hambaNYA yang muslim. Sifat yang mana Allah s.w.t jadikan hatinya bersih dari permusuhan dan kebencian, jernih dari dengki dan hasad, bebas dari muslihat dan pengkhianatan dan tidak wujud di hatinya melainkan kecintaan dan rasa kasih sayang kepada saudaranya sesama Islam.
Dengan sifat-sifat tersebut darjatnya ditinggikan dan kedudukannya dimuliakan di dalam hati orang lain. Semua ini adalah sifat-sifat yang sangat mulia yang tidak akan sanggup disandang melainkan mereka yang memiliki kejujuran dan keikhlasan dan tidak ada yang akan dapat mencapai dasar kedalamannya kecuali mereka yang bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Selagi mana seseorang itu memiliki hati yang bersih dan sihat, nescaya orang lain akan menyatakan kemaafan kepadanya atas kesalahan yang telah dilakukan. Bahkan kesalahan dan keburukan yang telah dilakukan terhadapnya di balas dengan kebaikan sebagaimana petunjuk yang diberikan oleh Allah s.w.t melalui firmanNYA:
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
(Surah Fussilat: 34-35)
Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:
"Seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah s.a.w, sesungguhnya aku mempunyai kerabat. Aku jalin tali silaturrahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskan aku. Aku berbuat baik kepada mereka, tapi mereka berbuat buruk kepadaku. Aku bersikap santun terhadap mereka, tetapi mereka menganiayaku. Maka Rasulullah s.a.w bersabda: Jika engkau adalah sebagaimana yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau memberi makan mereka dan Allah s.w.t akan selalu memberikan pembelaanNYA kepada engkau atas mereka, selama mana engkau berada dalam keadaan demikian."
(Hadis Riwayat Muslim: 2558: Al-Birru wa As-silah)
Berlapang dada adalah sifat yang sangat dominan dalam kehidupan para sahabat r.a sekaligus merupakan sifat mulia yang yang mengangkat darjat mereka.
Rasulullah s.a.w telah mengisyaratkan sebanyak tiga kali kepada salah seorang sahabat, bahawa dia adalah termasuk ahli syurga. Oleh kerana itu, Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash r.a datang menemui sahabat tersebut dan tinggal di rumahnya selama tiga malam agar ia dapat melihat amal perbuatannya yang menyebabkan dia dijanjikan darjat sedemikian. Namun, beliau tidak melihatnya melakukan sesuatu yang besar.
Maka Abdullah merasa hairan dengan perihalnya, lalu beliau bertanya kepadanya. "Perbuatan apa yang menyebabkan engkau diberikan darjat sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w? "
Lalu sahabat tersebut menjawab: "Tidak ada melainkan apa yang engkau lihat. Aku hanya menghindarkan niat dalam diriku untuk memperdayakan seorang muslim, dan aku tidak berasa hasad terhadap seseorang atas kebaikan yang diberikan Allah s.w.t kepadanya."
Abdullah lalu berkata: "Jadi inilah yang menyebabkan engkau mencapai darjat tersebut dan inilah yang tidak aku sanggupi."
(dikeluarkan riwayat oleh Ahmad [3/166] dengan sanad sahih)
Sofyan bin Dinar mengatakan kepada Abu Basyir-salah seorang sahabat Ali bin Abi Talib r.a: "Beritakan kepadaku tentang amal-amal perbuatan umat sebelum kita?”
Dia menjawab: " mereka sedikit berbuat, tetapi banyak mendapatkan pahala."
Sofyan bertanya: " apa sebabnya?"
Dia berkata: "dengan sebab kelapangan dada mereka."
(dikeluarkan riwayat oleh Hannad bab: az-Zuhd [2/600])
Demikianlah antara bukti-bukti tentang kelebihan berlapang dada yang telah saya petik dari buku Taaruf Cinta karangan Muhammad bin Ismail Al-’Umrani yang pernah saya kongsikan sebelum ini. Lihatlah betapa bersihnya hati para sahabat sehingga sifat berlapang dada melingkungi diri mereka. Bagaimana dengan kita?? Bagaimana dengan saya?? Ya Allah..terlalu banyak rasanya dosa yang telah dilakukan sehingga sukar untuk kita berlapang dada dengan orang yang lain.
Kadang-kadang kita terlalu mengharapkan orang lain agar berlapang dada dengan sikap dan diri kita tanpa kita sedar bahawa kita sendiri susah untuk bersikap sedemikian. Situasi ini dapat dilihat walau di mana posisi kita berada samada sebagai orang atas, atau sebagai orang bawah. Kesannya akan berlaku ketidaksefahaman dalam melakukan kerja dan dalam memahami diri orang lain. Kesan yang lebih teruk akan timbul pelbagai prasangka yang bukan-bukan (su'uzhon) sehingga akhirnya boleh menggugat sesuatu perhubungan.
Maka sahabat-sahabat..ayuh kita muhasabah diri kita kembali. Layakkah kita bersama-sama para sahabat di akhirat nanti sekiranya sifat ini sukar ditanamkan dalam diri? Kita memang senang untuk berkata-kata tapi susah untuk melakukannya. Diri yang menulis ini pun tidak terlepas. Semoga Allah s.w.t memberikan kita semua kekuatan umtuk menghadapinya.
Apabila perkataan kalian membuat hatiku berdarah
Aku bersabar atas rasa sakit yang kalian berikan lalu aku mengabaikannya
Lalu aku datang kepada kalian dengan wajah yang ceria
Seolah-olah aku tidak pernah mendengar dan melihatnya.
*Apa yang baik dari penulisan ini datang dari Allah s.w.t, dan yang buruk datang dari kelemahan penulis sendiri. Sebarang komen atau teguran sangat di alu-alukan.
Nearly everyone you know will strive to be normal - because it's socially acceptable. But the normal person goes nowhere special and achieves the mundane.
Using a fictitious character called Norman, here's an example of his normal expectations of life and mediocre results:
'I live in a pleasant neighbourhood in an average house (translated as meaning: all the houses and gardens along the street look exactly alike, apart from the odd differences in plants). I own an average car (just another standard box on wheels, which apart from minor differences looks like nearly every other car on the road).'
Norman's other goals and ambitions:
'I save up all year round to take my wife and children on holiday, somewhere nice where it's safe. We usually book a package holiday, so everything is taken care of and we know exactly what to expect. Even the entertainment is all planned for us.
My job is boring, but it pays the bills and the pension is good. It'll never make me rich, but then I don't want to be rich (but he wouldn't give away a lottery win!). Anyone who's rich has had to lie and cheat their way to the top. I like to sleep at night with a clear conscience. I may not have much but at least it's honest toil.
I don't have much to do with the neighbours; I don't really like them. But, to keep the peace I mow my lawn once a week and keep the garden weeded and tidy, and do the odd job for them. I like to think they view me as a nice guy.
Every other weekend we visit our best friends, Alice and Paul, and they visit us alternate weekends. Like us, they're your average typical family. Most nights after work I shower, change and after dinner, put my feet up and watch television until bedtime. Every Sunday, we have a roast dinner and every Friday we treat ourselves to a fry up. Am I happy, well, it's life isn't it?'
That's how Norman thinks and lives his life and that's how many people live their life. The Normans spend their days, grumbling about how they hate their job, get fed up with their bosses and partners, but that's all they do. The same gripes day in and day out - but taking no action to change their situation, simply because they are slaves to being normal (and 'what will other people think of me, if I do something unusual?').
Living in the Fast Lane of the Elite
Let's compare Norman's goals and ambitions with another invented character, David. He's one of the smaller group of people who move forward and live the life of the elite and privileged.
'My philosophy on life is simple. Life is too short to be little.
I'm not concerned with what other people think of me. If all my neighbours want to cut down their hedges and build short brick walls and block pave their drives, that's their choice, but I'm not going to have it done just to please them. I like the trees so they're staying and I prefer to have a shingle drive. I've done everything possible to make our house individual.
Often, I ring Sarah from the office and ask her to forget about cooking dinner for that night and how about going out for a meal? We've tried all the restaurants within a twenty km radius. We both love holidays, and I take the family as often as possible. We spend most weekends, exploring new places and trying out different activities.
I love my job, it's very challenging being a manager. I get to meet and work with people of many different personality traits, from varied backgrounds. Every now and then a junior is obviously aiming to take my job. I don't find it threatening, I like the challenge. I enjoy working with intelligent people who stretch my potential.
I work hard and I am paid well. Do I feel guilty? No, I expect to be paid handsomely for my efforts, I wouldn't have it any other way. We live in a large house in an exclusive area and that's my reward for going the extra mile at work. I don't automatically go home at the end of the working day. And sometimes I arrive at the office as early as 6am, just to prepare for a meeting with my team.
I want to be rich and I am prepared to plan and work towards my goals. I look forward to the future. I don't know what's around the corner and I don't care, because whatever happens I will handle the situation. I know I can solve problems - my strength lies within, it does not come from any outside forces. I couldn't care less whether other people approve of me or not, I know I'm okay and that's all that matters.'
Two Opposing Philosophies
Norman's slavery to acting normal (and slavery to what other people think), creates poverty and unhappiness. While David's striving to be different (and refusal to be a slave to other people's expectations of him) creates wealth and happiness.
If you are ever tempted to query if David's attitude is not a tad selfish, then just ask yourself this question, 'who would you prefer to have as a friend? Norman, who's bored and unhappy or David who's exciting and happy?' Easy isn't it.
As long as our final exam is coming soon, i would like to share with all some motivations for my latest post. Hope all of readers will enjoy it.
The following power steps structure your thinking to make sure the actions you take will drive you towards success.
Power Step #1: Be In Charge Of Your Life
Caring what other people think of you puts them in charge of your life, instead of you.
'What will other people think of me?' slavery is extremely common. Most of us are brought up (rightfully so) to consider others. But, unless we are discerning, we soon find ourselves caught up in a job we can't stand, or living in a relationship which makes us unhappy, or getting caught up in the spiral of poverty.
'Trying to please other people all the time' syndrome begins in childhood. It stems from a desire to be liked and admired. Let's look at a fairly typical scenario: three boys, Fred, Joe, and Matthew, all five years old, are best pals. They fight to sit together at school and spend their breaks in a group. Fred comes to school one day with a stack of pokemon cards to show his friends. Joe is envious of Fred's collection and a fight breaks out when Fred refuses to give a prized card to Joe.
There are several resulting scenarios, all with serious implications for Fred's future. A teacher could break up the fight and make Fred feel guilty for not parting with the prized card. Joe could refuse to talk to Fred even ending the friendship, unless Fred relented. Matthew would side with either Joe or Fred, or be a peacemaker and force the other two to discuss the problem and sort it out amicably.
The biggest danger to Fred, is if the solution entails his giving the card away, when he really doesn't want to. In other words, if the only reason he gives in, is because he desperately wants to be liked and it really matters what his friends think of him. If they were real friends, of course, Joe would understand Fred's view and Matthew would not criticise. Fred might even willingly offer Joe another not so valuable card out of his collection.
Over the years thousands of small incidents build up, until by the time we are adults, most of us make a habit of putting what other people think of us before our own personal needs and desires.
The Right Reasons
Before you cut the grass, decorate the house, start a business, go on holiday, always ask yourself, 'am I doing this for the right reasons?' Yes, the gardening has to be done, but not if you're in the middle of crucial market research and if you don't cut the grass today you're worried that the neighbour's will think you're lazy. Yes, a house has to be decorated, but not if it's at the expense of your health through shooting your stress level through the roof trying to fit it in between a busy advertising campaign, and it's only because your partner insists you do it now.
'Other people' slavery kills your creativity, your energy and drive towards your own goals and fulfilling your dreams. It stops you from going to places you want to visit and enjoying the kind of entertainment that you enjoy. So, make certain you're not always driven to do things, merely because you're worried about what other people think of you. Be confident in who you are!
Alhamdulillah setelah seminggu bergelumang dengan suhu badan yang sekejap panas dan sekejap sejuk, dan beberapa kali bermain dengan jarum injection dari Fever Centre Hospital Selayang, akhirnya malam tadi saya disahkan bebas dari wabak yang boleh membawa maut..DENGGI. Gejala yang saya alami tidaklah seteruk mangsa denggi yang lain sehingga berlaku pendarahan tetapi kandungan platlet dalam badan saya semakin berkurang dari sehari ke sehari dan perkara ini agak merisaukan saya kerana saya teringat kembali kepada satu peristiwa yang berlaku kepada junior saya semasa di Sek. Men Imtiaz Dungun dulu. Pendarahan yang berlaku kepada si 'adik' ini yang pada awalnya disangka diserang denggi bertukar kepada penyakit lain yang lebih berbahaya. Alhamdulillah Allah s.w.t akhirnya mengembalikan semula kesihatan si 'adik' ini setelah berbulan-bulan cuti dan mendapat rawatan.
Bukan peristiwa tersebut saja yang berlegar-legar dalam kepala saya semasa sedang sakit, bahkan peristiwa yang pernah di alami oleh ummi kesayangan saya semasa mengandungkan anak ke-10. Ummi diserang demam panas-sejuk sebagaimana yang saya alami selama hampir lebih kurang 2 minggu tanpa diketahui puncanya. Ketika itu musim denggi yang teruk sedang menular di negara kita dan tentulah menjadi satu kerisauan yang amat membimbangkan bagi seorang ibu yang mengandung. Setelah hampir seminggu ditahan wad, barulah dapat dikenalpasti ummi mengalami demam kepialu yang merupakan wabak yang dikategorikan bahaya juga. Alhamdulillah setelah mendapat rawatan yang sewajarnya, ummi dan bayi dalam kandungannya kembali sihat.
Saya bernasib baik kerana tidak mengalami simptom-simptom yang teruk sepanjang demam dan tidak perlu ber'kampung' dalam wad.(walaupun pernah ditahan selama 2jam..). Terima kasih kepada pakcik dan makcik saya yang banyak membantu saya. Tak lupa juga buat k.cik Elly tersayang dan adik beradik yang lain yang banyak membantu memberikan sokongan moral.
Saya menyedari bahawa sepanjang semester ini, saya kerap mengalami masalah kesihatan yang sedikit sebanyak mengganggu proses pembelajaran saya kerana terpaksa 'absent' dari kelas. Lagi beberapa minggu saya bakal menghadapi final exam untuk semester pertama kuliah saya. Memikirkan beberapa subjek yang saya agak ketinggalan dan beberapa assignment yang masih belum selesai cukup menggusarkan saya. Namun saya menganggap segala ujian kesakitan yang Allah berikan kepada saya sebagai satu kaffarah atas dosa-dosa saya selama ini. Saya mengharapkan dengan ujian yang saya hadapi ini, akan lebih mematangkan diri saya menghadapi cabaran hidup sebagai hamba Allah, seorang pelajar dan anak di bumi ini.
Entri kali ini mungkin agak membosankan sebab saya sekadar berkongsi pengalaman hidup. Cumanya nasihat saya bagi sahabat-sahabat yang mengalami demam, jangan dipandang remeh dengan demam tersebut kerana mungkin natijah yang mendatang lebih teruk, siapa yang tahu?? Apa-apa pun, setiap ujian yang Allah berikan kepada kita anggaplah ia sebagai satu kaffarah atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan dan ada hikmah tersendiri yang hanya Allah lebih mengetahui.
Insan kerdil yang bercita-cita dan berusaha untuk menjadi SEORANG MUSLIMAH, MUKMINAH, MUJAHIDAH dan MUSLIHAH sejati seterusnya menjadi MUJADDID kepada kebangkitan muslimah dengan lahirnya generasi Zainab Al-Ghazali
Titipan khas buat adik-beradik dan sahabat-sahabat seperjuangan..
"Para sahabat yang bertakhta di hatiku bukanlah yang ku khaskan ciri-cirinya agar ideal segala-galanya di mata..tetapi para sahabat yang ku hargai dan ku sayangi yang bertakhta di hati adalah yang dirinya berjiwa hamba..kerana sifat kehambaannya itu, hatiku tidak berupaya untuk melupakannya.."
"Sesungguhnya kesempurnaan taubatmu bila kau ingat kepada dosamu..kesempurnaan amalanmu menghindarkan ujubmu dan kesempurnaan syukurmu menyedari kekuranganmu.."-UMAR AL-KHATTAB-