Susahnya untuk kita miliki...sifat berlapang dada
23 MAC 2010

"Kupersembahkan jiwa ini ke hadrat Allah dan Dia pula yang akan menyelamatkannya. Inilah perjanjian antara Allah dan seorang hamba-Nya, yang kucatat di sini, dengan guruku sebagai saksi. Apa pun tak bisa mempengaruhinya, kecuali nurani. Siapa pun tak bisa menebusnya, kecuali Tuhan. Hanya mereka yang memenuhi janjinya kepada Allah, berhak menerima imbalannya."
-As-Syahid Hassan Al-Banna-

Saya berhenti sekejap daripada berkongsi dengan sahabat-sahabat artikel "Power Steps to Your Success" yang telah 2 siri saya postkan. Mohon maaf juga sebab kali ini saya kembali dengan bahasa ibunda. Sekadar perkongsian mengenai rasa hati saya pada ketika ini dan pengajaran yang saya dapat dari rasa hati ini. Semoga ia sentiasa menjadi muhasabah buat diri saya yang memiliki iman yang rapuh dan sentiasa di uji oleh Allah s.w.t.

Secara jujurnya, saya sangat rindukan saat tersebut. Saat di mana saya mengenal erti ukhuwwah  dan kasih sayang..saat saya dibentuk menjadi lebih baik dari sebelumnya..saat saya bersama-sama sahabat seperjuangan di medan tarbiyah..semuanya adalah kenangan yang tidak mampu dilupakan dan tidak dapat di ulang semula. Beberapa hari dalam fatrah peperiksaan akhir ini hatta sehingga ke hari ini pun, saya rasa gelisah dan gundah untuk menghadapi saat itu kembali..Ya Allah..aku benar-benar teruji tika ini. Lantas ayat 1-3 surah al-Ankabut menjadi rujukanku. Semoga Allah s.w.t mengampunkan dosa hambaNYA ini.

Setelah saya ”di basuh” dengan bahan cucian yang secukupnya oleh sahabat-sahabat dapat saya konklusikan tentang satu perkara yang senang untuk diperkatakan oleh semua orang tapi susah untuk dipraktikkan termasuklah diri saya yang menulis. Tentang BERLAPANG DADA. Mari kita sama-sama selami makna di sebalik sifat ini.

Sifat berlapang dada merupakan salah satu nikmat dari Allah s.w.t kepada hamba-hambaNYA yang muslim. Sifat yang mana Allah s.w.t jadikan hatinya bersih dari permusuhan dan kebencian, jernih dari dengki dan hasad, bebas dari muslihat dan pengkhianatan dan tidak wujud di hatinya melainkan kecintaan dan rasa kasih sayang kepada saudaranya sesama Islam.

Dengan sifat-sifat tersebut darjatnya ditinggikan dan kedudukannya dimuliakan di dalam hati orang lain. Semua ini adalah sifat-sifat yang sangat mulia yang tidak akan sanggup disandang melainkan mereka yang memiliki kejujuran dan keikhlasan dan tidak ada yang akan dapat mencapai dasar kedalamannya kecuali mereka yang bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Selagi mana seseorang itu memiliki hati yang bersih dan sihat, nescaya orang lain akan menyatakan kemaafan kepadanya atas kesalahan yang telah dilakukan. Bahkan kesalahan dan keburukan yang telah dilakukan terhadapnya di balas dengan kebaikan sebagaimana petunjuk yang diberikan oleh Allah s.w.t melalui firmanNYA:


"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan  antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan  kecuali  kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." 
(Surah Fussilat: 34-35)

Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:
"Seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah s.a.w, sesungguhnya aku mempunyai kerabat. Aku jalin tali silaturrahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskan aku. Aku berbuat baik kepada mereka, tapi mereka berbuat buruk kepadaku. Aku bersikap santun terhadap mereka, tetapi mereka menganiayaku. Maka Rasulullah s.a.w bersabda: Jika engkau adalah sebagaimana yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau memberi makan mereka dan Allah s.w.t akan selalu memberikan pembelaanNYA kepada engkau atas mereka, selama mana engkau berada dalam keadaan demikian."
(Hadis Riwayat Muslim: 2558: Al-Birru wa As-silah)

Berlapang dada adalah sifat yang sangat dominan  dalam kehidupan para sahabat r.a sekaligus merupakan sifat mulia yang yang mengangkat darjat mereka.

Rasulullah s.a.w telah mengisyaratkan sebanyak tiga kali kepada salah seorang sahabat, bahawa dia adalah termasuk ahli syurga. Oleh kerana itu, Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash r.a datang menemui sahabat tersebut dan tinggal di rumahnya selama tiga malam agar ia dapat melihat amal perbuatannya yang menyebabkan dia dijanjikan darjat sedemikian. Namun, beliau tidak melihatnya melakukan sesuatu yang besar.
Maka Abdullah merasa hairan  dengan perihalnya, lalu beliau bertanya kepadanya. "Perbuatan apa yang menyebabkan engkau diberikan darjat sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w? "
Lalu sahabat tersebut menjawab: "Tidak ada melainkan apa yang engkau lihat. Aku hanya menghindarkan niat dalam diriku untuk memperdayakan  seorang muslim, dan aku tidak berasa hasad terhadap seseorang atas kebaikan yang diberikan Allah s.w.t kepadanya."
Abdullah lalu berkata: "Jadi inilah yang menyebabkan engkau mencapai darjat tersebut dan inilah yang tidak aku sanggupi."
(dikeluarkan riwayat oleh Ahmad [3/166] dengan sanad sahih)

Sofyan bin Dinar mengatakan kepada Abu Basyir-salah seorang sahabat Ali bin Abi Talib r.a: "Beritakan kepadaku tentang amal-amal perbuatan umat sebelum kita?”
Dia menjawab: " mereka sedikit berbuat, tetapi banyak mendapatkan pahala."
Sofyan bertanya: " apa sebabnya?"
Dia berkata: "dengan sebab kelapangan dada mereka."
(dikeluarkan riwayat oleh Hannad bab: az-Zuhd [2/600])


Demikianlah antara bukti-bukti tentang kelebihan berlapang dada yang telah saya petik dari buku Taaruf Cinta karangan Muhammad bin Ismail Al-’Umrani yang pernah saya kongsikan sebelum ini. Lihatlah betapa bersihnya hati para sahabat sehingga sifat berlapang dada melingkungi diri mereka. Bagaimana dengan kita?? Bagaimana dengan saya?? Ya Allah..terlalu banyak rasanya dosa yang telah dilakukan sehingga sukar untuk kita berlapang dada dengan orang yang lain.

Kadang-kadang kita terlalu mengharapkan orang lain agar berlapang dada dengan sikap dan diri kita tanpa kita sedar bahawa kita sendiri susah untuk bersikap sedemikian. Situasi ini dapat dilihat walau di mana posisi kita berada samada sebagai orang atas, atau sebagai orang bawah. Kesannya akan berlaku ketidaksefahaman dalam melakukan kerja dan dalam memahami diri orang lain. Kesan yang lebih teruk akan timbul pelbagai prasangka yang bukan-bukan (su'uzhon) sehingga akhirnya boleh menggugat sesuatu perhubungan.

Maka sahabat-sahabat..ayuh kita muhasabah diri kita kembali. Layakkah kita bersama-sama para sahabat di akhirat nanti sekiranya sifat ini sukar ditanamkan dalam diri? Kita memang senang untuk berkata-kata tapi susah untuk melakukannya. Diri yang menulis ini pun tidak terlepas. Semoga Allah s.w.t memberikan kita semua kekuatan umtuk menghadapinya.


Apabila perkataan kalian membuat hatiku berdarah
Aku bersabar atas rasa sakit yang kalian berikan lalu aku mengabaikannya
Lalu aku datang kepada kalian dengan wajah yang ceria
Seolah-olah aku tidak pernah mendengar dan melihatnya.

*Apa yang baik dari penulisan ini datang dari Allah s.w.t, dan yang buruk datang dari kelemahan penulis sendiri. Sebarang komen atau teguran sangat di alu-alukan.




2 Responses
  1. dzulfiqar Says:

    assalam mohon dikongsi kan, jzkk


  2. assalam.. mohon di copy ke notes di fb sya.. jazakillah khair.. robbuna ma'ak :)


Catat Ulasan